Paradigma Pembangunan dalam Pengembangan Perdesaan
Transformasi perdesaan didefinisikan sebagai proses perubahan masyarakat yang komprehensif di mana perdesaan masyarakat mendiversifikasi ekonomi mereka dan mengurangi ketergantungan mereka pada pertanian; menjadi tergantung di tempat-tempat yang jauh untuk berdagang dan untuk memperoleh barang, jasa, dan gagasan; pindah dari desa yang tersebar ke kota-kota dan kota-kota kecil dan menengah; dan menjadi lebih mirip secara budaya dengan kota besar aglomerasi. Untuk itu perlu ditinjau secara lebih lanjut mengenai bagaimana teori pembangunan di dunia berhubungan dengan trnasformasi perdesaan.
Secara umum pembangunan diartikan sebagai usaha untuk mewujudkan kemajuan hidup berbangsa. Pembangunan merupakan salah satu istilah yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bila itu terkait usaha memajukan kehidupan masyarakat. Teori pembangunan mengalami perkembangan yang sangat pesat karena banyaknya perspektif yang berbeda dalam penafsiran kata tersebut. Banyaknya jumlah teori pembangunan yang ada kemudian dikelompokkan menjadi empat teori utama pembangunan, yaitu teori modernisasi, teori ketergantungan (Dependency Theory), teori sistem dunia, dan teori globalisasi.
Teori Modernisasi
Teori Modernisasi berkembang pasca perang dunia kedua, yaitu pada saat Amerika terancam kehilangan lawan dagang sehingga terjadi kejenuhan pasar dalam negeri. Oleh karena itu, Amerika memutuskan untuk melibatkan diri dengan membantu negara-negara Eropa yang tengah usai perang, sehingga lama-kelamaan Eropa mampu bangkit dai keterpurukannya. Keberhasilan pembangunan yang diterapkan Amerika pada negara-negara di Eropa ini memberikan pemikiran lanjut untuk melakukan ekspansi pasar ke negara-negara Dunia Ketiga sekaligus memberikan bantuan untuk pembangunannya. Akan tetapi, kenyataannya keberhasilan yang pernah diterapkan di Eropa ternyata banyak mengalami kegagalan di negara-negara Dunia Ketiga. Oleh karena itu, Amerika berusaha untuk mempelajari permasalahan-permasalahan yang terjadi pada negara Dunia Ketiga yang salah satunya dikaji melalu teori modernisasi. Berikut ini, asumsi dasar dari teori modernisasi.
1. Berangkat dari dua kutub dikotomis, antara masyarakat modern dan masyarakat tradisional. Masyarakat modern diidentikkan dengan simbol kemajuan, pemikiran yang rasional, kerja yang efisien dan merupakan masyarakat negara-negara maju, sedangkan masyarakat tradisional diidentikkan dengan masyarakat negara-negara berkembang, seperti contohnya masyarakat perdesaan yang didasarkan pada usaha pertanian tradisional.
2. Berangkat dari modernisasi tersebut maka negara-negara maju memberikan peran sangat dominan dan dianggap positif, menularkan nilai-nilai modern di samping memberikan bantuan modal dan teknologi. Teori modernisasi menekankan bahwa tekanan kegagalan pembangunan bukan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal melainkan internal (traditional life);
3. Resep pembangunan yang ditawarkan bisa berlaku untuk siapa, kapan, dan di mana saja.
Berbagai teori yang termasuk dalam kelompok Teori Modernisasi, yaitu seperti Teori Harrord-Domar tentang tabungan dan investasi, Teori Rostow tentang Lima Tahap Pembangunan, Teori Max Weber tentang Etika Protestan, Teori David McClelland tentang Dorongan Berprestasi, dan sebagainya. Teori Harrord-Domar tentang Tabungan dan Investasi menjadi salah satu teori ekonomi pembangunan yang masih digunakan hingga saat ini. Asumsi yang digunakan pada teori Harrod-Domar yakni bahwa masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah penambahan investasi modal. Menurut teori ini, kemiskinan dan keterbelakangan dunia ketiga dapat diselesaikan dengan ketersediaan modal untuk investasi dengan mencari tambahan modal dari dalam maupun luar melalui penanaman modal atau utang luar negeri. Jika tabungan dan investasi masyarakat rendah, maka pertumbuhan ekonomi masyarakat atau negara tersebut juga rendah. Hal ini bisa dijumpai pada negara maju dan berkembang, masyarakat di negara maju merupakan masyarakat yang memiliki investasi yang tinggi yang diwujudkan dalam saham, danareksa, indeks, dan bentuk investasi yang lain. Maka, salah satu implikasi dalam pembangunan di Indonesia, pemerintah mendorong penanaman investasi dan hal membuat investasi tumbuh subur di Indonesia. Pemerintah Indonesia berpijak dari teori Harrod-Domar, sampai membuat suatu lembaga yaitu Penanaman Modal Nasional, karena langkah ini dianggap sebagai langkah strategis untuk pertumbuhan dan pembanguan ekonomi.
Dalam Teori W.W. Rostow tentang Lima Tahap Pembangunan dijelaskan bahwa proses pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Adapun lima tahap pembangunan menurut Rostow, yakni: a. masyarakat tradisional; b. prakondisi untuk lepas landas; c. lepas landas; d. bergerak ke kedewasaan; e. zaman konsumsi massal yang tinggi. Dalam konteks perencanaan perdesaan, Lima Tahap Pembangunan ini dicontohkan dengan peralihan petani subsisten yang bersifat tradisional atau agraris menjadi petani komersial yang bersifat modern. Petani subsiten memiliki ciri-ciri berupa orientasi keamanan dan ketahanan pangan keluarga dengan hanya menanam jenis padi sebagai sumber pangan sehari-hari. Sedangkan petani komersial (modern) memiliki citi-ciri berupa orientasi pasar yaitu dengan menanam jenis tanaman yang sedang menjadi tren terkini dan dapat menghasilkan nilai jual yang tinggi.
Teori Dependensi
Teori Dependensi atau Teori Ketergantungan lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Pembangunan menurut teori ketergantungan digambarkan sebagai proses “keterbelakangan” atau proses pembangunan diberi label sebagai “ketergantungan” dalam pembangunan. Teori ini menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi itulah negara-negara dunia ketiga kemudian mengalami kemunduran (keterbelakangan), bahkan secara ekstrem dikatakan bahwa kemajuan atau kemakmuran dari negara-negara maju pada kenyataannya menyebabkan keterbelakangan dari negara-negara lainnya (the development of underdevelopment).
Asumsi dari teori dependency ini adalah dominasi perekonomian dunia oleh negara-negara pusat (core) dan rekayasa eksploitasi yang dilakukan oleh mereka yang pada akhirnya justru menjadikan negara-negara pinggiran ini semakin tergantung kepada negara pusat. Teori memberikan peringatan bahwa interaksi antara negara maju dan miskin pada satu sisi menguntungkan tetapi disisi lain ternyata juga membawa efek ketergantungan. Definisi Ketergantungan menurut Dos Santos adalah dimana kehidupan ekonomi suatu negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara lain. Negara tersebut hanya berperan sebagai penerima akibat saja. Meski demikian, dimungkinkan bila negara pusat berkembang maka negara pinggiran dapat ikut serta berkembang.
Bila kita melihat kondisi kehidupan ekonomi di Negara Indonesia dewasa ini, Indonesia termasuk negara yang berketergantungan terhadap negara lain. Indonesia terlibat hutang yang banyak kepada negara-negara maju, juga memiliki masalah dalam pengelolaan kekayaan alam. Pengelolaan kekayaan alam yang buruk membuat bangsa Indonesia harus kehilangan pundi- pundi penghasilan negara yang dapat mensejahterakan bangsanya lebih. Akibat penguasan bahan-bahan tambang seperti emas dan batu bara oleh bangsa-bangsa asing membuat bangsa ini kehilangan pendapatan yang sangat besar. Rakyat Indonesia bekerja hanya sebagai tenaga kerja atau kuli , sedangkan orang asing leluasa menarik keuntungan yang banyak. Dampak yang buruk dari kontrak-kontrak kerja dan penguasaan kekayaan alam yang parah terjadi di Indonesia bagian Timur dimana rakyat setempat masih belum dapat menikmati hasil yang cukup dari kekayaan alam yang dikontrakan kepada negara-negara asing.
Teori Sistem Dunia
Teori sistem dunia yang dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein didasarkan pada pemikiran bahwa dunia terdiri dari banyak sistem mini yang saling terpisah, dan tidak ada suatu sistem yang menguasai seluruh dunia. Teori Sistem Dunia (World System Theory) merupakan sebuah kritik atas teori modernisasi dan teori dependensi. Bag! Walierstein, dinamika sistem dunia, yakni kapitalisnme global, selalu memberikan peluang bagi negara-negara yang ada untuk naik atau turun kelas.
Menurut Wallersttein, dunia terlalu kompleks jika hanya dibagi atas 2 kutub (Negara Pusat dan Negara Pinggiran) karena pada kenyataannya terdapat negara-negara yang tidak termasuk dalam dua kategori itu. Ada negara yang tidak bisa digolongkan menjadi Negara pusat ataupun negara pinggiran. Oleh karena itu, Wallerstein membagi sistem dunia kapitalis dibagi menjadi tiga jenis, yaitu negara atau (core), negara setengah pinggiran (semi pheripheral), dan negara pinggiran (peripheral). Sistem dunia yang dulu memberi keunggulan pada negara-negara penghasll komoditas primer, pada saat lain keunggulan ini beralih pada negara-negara yang mengembangkan Industrinya. Sistem dunia ini juga yang kemudian memberi kesempatan kepada negara-negara pinggiran yang sudah relatif siap untuk melakukan produksi barang-barang industri yang sederhana, pada saat produksi barang-barang ini sudah tidak menguntungkan lagi di negara-negara pusat. Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi membawa sekaligus tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan di Indonesia. Dalam era ini, kondisi persaingan antarpelaku ekonomi (badan usaha dan/atau negara) akan semakin tajam.
Teori Globalisasi
Salah satu karakteristik paling penting dari teori globalisasi adalah fokus dan penekanannya pada aspek budaya dan komunikasi masyarakat di seluruh dunia. Alih-alih ikatan ekonomi, keuangan, dan politik, para pakar globalisasi berpendapat bahwa elemen modern utama untuk interpretasi pembangunan adalah hubungan budaya di antara negara-negara. Dalam komunikasi budaya ini, salah satu faktor terpenting adalah meningkatnya fleksibilitas teknologi untuk menghubungkan orang di seluruh dunia. Teori globalisasi memiliki kemiripan dengan teori sistem dunia yang mana bersifat global. Namun, penekanan dalam teori globalisasi mengarah pada budaya dan komunikasi, dengan demikian terdapat interaksi seluruh dunia yang dipengaruhi oleh faktor peningkatan fleksibilitas teknologi (Kaplan, 1993).
Aspek utama dalam teori globalisasi (Moore, 1993) yakni sebagai berikut: (1) Adanya kepentingan yang selalu muncul mengakibatakan semua bangsa sering melakukan interaksi melalui kemudahan komunikasi, (2) Komunikasi ini juga dilakukan oleh negara — negara kurang berkembang melalui teknologi baru, (3) Sistem komunikasi modern memodifikasi pola — pola sosial, ekonomi, dan budaya bangsa yang dapat meningkatkan produktivitas perekonomian dengan kemudahan akses bagi lokal serta usaha kecil, (4) Bisnis dan elite politik menjadi kunci utama dalam komunikasi ini untuk mengembangkan negara minoritas yang belum sepenuhnya terintegrasi ke dalam sistem dunia, dominasi unsur budaya menentukan struktur ekonomi dan sosial di negara.
Daftar Pustaka
Budiman, Arif (terj.) Frank, Andre Gunder. (1984). Sosiologi Pembangunan Dan Keterbelakangan Sosiologi, Jakarta: Pustaka Pulsar.
Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Reyes, Giovanni E. 2001. Four Main Theories of Development: Modernization, Dependency, Word-System, and Globalization. Nómadas. Revista Crítica de Ciencias Sociales y Jurídicas. USA: University of Pittsburgh.
So, Alvin Y-Suwarsono. (1991). Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di Indonesia, TeoriTeori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia; Jakarta: LP3ES.
Todaro, P Micahel. (1998). Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga. Bina Aksara, Jakarta. 1998